Nafas Baru Al Khidmah Kota Batam #2

Nafas Baru Al Khidmah Kota Batam #2

 Assalamualaikum Wr. Wb.
baiklah ini merupakan karangan sambungan dari M. najib Yuliantoro. langsung saja silakan di baca kisahnya...

Sebelum dluhur, 17 Maret 2012, kami menuju Galang. Di sana terdapat sepetak tanah seluas 44 hektar, yang—jika disepakati bersama—akan dibangun Pondok Pesantren Al Fitrah Batam.
Kami ke sana berenam. Disepuhi oleh Habib Ahmad Al Kaf, H. Hasanuddin dan H. Ikhsan. Lokasi tanah kira-kira 15 kilometer dari Jembatan Pat, 1 kilometer dari Pantai Melayu. Perjalanan dari flatkami di Nagoya memakan waktu kurang lebih 1 jam.
Kami melewati Jembatan Barelang. Sederet jembatan termegah di Batam. Jumlah Jembatan Balerang tak cuma satu, tetapi enam. Dan jembatan terpanjang adalah jembatan I, Jembatan Tengku Fisabilillah. Ketika mobil kami melintasi Jembatan Barelang, hati kami berdegup takjub. Ini mahakarya jenius dari anak bangsa.
Jembatan itu dibangun atas inisiator ilmuwan Habibie. Itulah sebab mengapa orang kadang sebut jembatan Barelang sebagai Jembatan Habibie. Habibie katakan bahwa jembatan itu penting untuk menghubungkan—dan menggerakkan laju ekonomi warga dan industri di—Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, dan Pulau Galang Baru.
Di sepanjang wilayah Galang sendiri hamparan tanah begitu luas. Kondisi tanah tak cocok untuk bertani, tampak tandus bebatuan, namun infrastruktur jalan sudah dibangun dengan bagus. Jumlah bangunan—entah industri maupun warga—pun belum begitu padat. Artinya, investasi terbuka lebar.
Setiba di Galang, mobil kami mesti parkir di pinggir jalan utama. Untuk sampai ke lokasi kami perlu menempuh jarak kurang lebih 2 kilometer. Kami mesti pakai motor karena jalan terjal, menaik, dan sempit.
Anatomi lokasi kurang lebih mirip PP Al Fitrah Meteseh. Hanya view di Meteseh adalah cantik lampu kota dan pegunungan, sementara view di Galang adalah indah hamparan pulau dan pantai. Inilah sisi estetis dan eksotis Batam. Untungnya, saat kami ke sini, musim di Galang bukan hujan. Jika sampai hujan, alamak, bisa seram lah Bang.
Di Galang kami bertemu dengan Ir. Rosyadi. Dibantu oleh 4 orang, beliau bertugas menata lahan itu agar produktif. Memang lokasi itu belum pasti disepakati jadi pondok. Namun dengan menulis di sini harapan kami mudah-mudahan dapat menjadi do’a terwujudnya mimpi para sesepuh dan orang tua.
Al Khidmah Kampus Batam
Selepas dari survei tanah dan makan siang, Habib Ahmad Al Kaf dan H. Ikhsan diantar ke hotel untuk istirahat. Sementara kami, ditemani H. Hasanuddin, S,H. (Ketua Umum PP Al Khidmah) dan Drs. H. Nabhan (Perintis dan Pembina Al Khidmah Batam), menuju ke Politeknik Negeri Batam.
Di Politeknik kami sudah ditunggu oleh Muhammad Zainuddin, Pembantu Direktur (Pudir) III Bidang  Kemahasiswaan Poltek Batam, dan Kamaruddin, Pembina Ikatan Mahasiswa Muslim Politeknik Batam (IMMPB), serta lima mahasiswa aktivis IMMPB.
Pertemuan berlangsung hangat. Ketika kami bercerita tentang Al Khidmah Kampus, mereka sangat antusias. Mereka seolah menemukan spirit baru terutama dalam penempaan spiritual dan moral mahasiswa di kampus. Kami bersyukur sepenuh hati, di pulau yang mulia ini kami mendapatkan sahabat baru, saudara baru dan, tentunya, semangat baru.
Namun tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Jika dirunut ke belakang, kehadiran Al Khidmah di Poltek Batam kali ini sejatinya bukan yang pertama. Sebelumnya, tahun 2010, Poltek Batam adalah tuan rumah penyelanggaraan Haul Akbar Kota Batam perdana.
Jadi kalau mau jujur, kehadiran dan perintisan Al Khidmah di Batam tak lepas dari kampus. Itulah “titik sentuh” yang membuat kami yakin: tak lama lagi Al Khidmah Kampus akan berjaya di tanah Hang Nadim.
Kami kembali ke flate dengan membawa segepok kegembiraan. Jauh-jauh datang ke Batam, usaha menebarkan semangat Jambore membuahkan hasil sesuai harapan. Kami lalu istirahat di flate,dengan senyum bahagia, hingga maghrib tiba.
Haul Akbar
Habib Abdullah bin Umar Al Haddar bercerita bahwa, tahun 1984, beliau bersama Hadratussyaikh RA telah syi’ar di Singapura. Saat itu Gus Rori masih muda, bergelora, dan belum berkeluarga. “Saya nangis mengenang masa itu”, tutur Habib.
“Saya ikut karena ada (rintisan di) Batam dan Thailand”, kata Habib.
Kami bersyukur dalam perjalanan ini kami bertemu dengan generasi “sahabat” Hadratussyaikh RA. Selain Habib Abdullah, ada pula Habib Ahmad Al Kaf, KH. Munir Abdullah, H. Ikhsan, H. Hasanuddin, dan lain-lain. Ada banyak cerita yang kami dengar tentang Hadratussyaikh RA. Di sepanjang perjalanan menuju lokasi Haul, cerita yang hadir adalah pelbagai kenangan yang mereka alami semasa hidup bersama Hadratusyaikh RA.
Kebersyukuran semakin genap ketika jamaah Haul kali ini dihadiri oleh kurang lebih 3.500 jamaah dari 13 Kecamatan se-Batam, Jakarta, Singapura, dan Malaysia. Kata orang sini, ini sungguh keluarbiasaan yang sangat langka. Ini sebanding dengan publikasi masal yang dilakukan oleh panitia baik di radio, televisi, masjid-masjid, dan surat kabar, jauh hari sebelumnya.
Hadloroh dipimpin langsung oleh Habib Abdullah bin Umar Al Haddar. Istighosah oleh KH. Abdul Kholiq dari Kudus. Doa Manaqib oleh KH. Asifuddin. Tahlil oleh KH. Munir Abdullah. Doa Tahlil oleh Habib Ahmad Al Kaf. Doa Fatihah oleh Habib Salim Baharun.
Hadir pula putra Habib Abdullah, Al Habib Musthofa bin Abdullah Al Haddar, para habaib dari Batam, Kepulauan Riau, Pengurus Wilayah dan Cabang Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah, Pemerintah Kota Batam, 13 Camat, dan tokoh masyarakat wilayah Tembesi, Sagulung, Batam, Kepulauan Riau.
Untuk pasukan keamanan dikawal oleh 25 personel dari Barisan Serbaguna Ansor, Perguruan Pagar Nusa Batam dan Front Pembela Islam Batam.
KH. Abrori Akhwan dalam tausiyahnya yang singkat nan padat mengatakan bahwa kunci keberhasilan hidup adalah bakti kepada orang tua. Istilah “bakti”, menurut Kiai Abrori, lebih substantif daripada “berbuat baik”. Di dalam “bakti” sudah terselip “akhlak karimah”. Namun di dalam “berbuat baik” belum tentu terselip “bakti”. Bisa saja orang berbuat baik karena tendensi yang lain, yang kontradiktif dengan perbuatan baik itu sendiri.
Secara khusus Kiai Abrori berpesan kepada anak muda: jika ingin jadi anak cerdas, jadilah anak yang berbakti kepada orang tua. Anak berbakti, walaupun bodoh, tegas Kiai, sejatinya ia tidak bodoh.
Kalimat itu menegaskan bahwa  spirit yang terbangun dalam Haul Al Khidmah Batam adalah spirit “bakti”. Kami melihat para panitia, tokoh, dan berbagai organisasi Islam yang bergotong royong mensukseskan acara itu tidak ada tendesi lain kecuali hanya ingin mengamalkan ajaran “bakti”. Mereka ingin berbakti kepada sesepuh, orang tua, para pahlawan di Batam, dan masyarakat setempat.
Tidak terlalu berlebihan jika Khoirul Anam, warga Sagulung yang bertugas menjaga keamanan majlis, mengutarakan satu mimpi besarnya terhadap Batam agar ke depan Batam menjadi pulau berdzikir.
Sepulang dari Haul, di perjalanan menuju hotel kami mendapat kabar bahwa Bupati Demak, Tafta Zani (59), wafat di Batam. Beliau meninggal karena serangan jantung. Kami kemudian–bersama Bung Has dan Kiai Munir–banting setir menuju Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Saat itu jam tangan menunjuk pukul 00.10 WIB.
Almarhum adalah jamaah Al Khidmah Demak. Beliau adalah sesepuh Al Khidmah yang sangat perhatian terhadap keberlangsungan majlis. Kami masih ingat, 4 hari sebelum Jambore, almarhum sempat memberi sambutan di Majlis Sewelasan Meteseh sebagai “pengunduh” majlis. Sungguh Allah SWT adalah pencipta “kebetulan” yang luar biasa. Beliau meninggal di Batam di saat Al Khidmah juga ada kegiatan di Batam.
Hati kami menangis, lidah kami kelu. Putra terbaik bangsa telah dipanggil Ilahi.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Allahu yarham. Alfatihah []
Kompleks Nagoya, 18 Maret 2012
bagikan artikel :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | @Alkhidmahbatam | admin Al Khidmah
Copyright © 2011. Al Khidmah Kota Batam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Admin Alkhidmah
Proudly powered by Admin Al Khidmah Batam